Foto Human
Rabu, 21 Juli 2010
Memotret Model Di Studio
Memotret manusia sebagai model adalah sesuatu yang sangat biasa dan mudah dijumpai sehari-hari. Enak tidaknya sebuah foto dipandang tetap dibangun oleh unsur-unsur teori dasar fotografi. Dengan memainkan komposisi dan pencahayaan, maka sebuah foto model bisa dibuat dengan benar. Selebihnya, tinggal bagaimana cara fotografer mengarahkan pose dan ekspresi sang model.
Pose dan ekspresi
Kemampuan model berpose dan berekspresi tetap menjadi unsur yang tak terpisahkan dari keberhasilan sebuah foto model. Mengarahkan model yang bukan profesional lebih menantang daripada model profesional. Tapi, bisa jadi lebih menarik dan menantang jika memotret tokoh dalam pose-pose yang lain dari biasanya. Istilah gampangnya tampil unik, tapi menarik; nyeleneh tapi jenaka; pose tak biasa, tapi tetap sedap dipandang.
Pose-pose tersebut membutuhkan kemampuan non-fotografis yang kental, seperti pendalaman pribadi, kedekatan emosional, dan kemampuan berkomunikasi. Resep utamanya adalah menggali hal unik yang menjadi pencerminan khas tokoh dan model yang hendak dipotret.¬
Perlu pendekatan personal
Keberhasilan merekam pose-pose menarik memang tak berhubungan langsung dengan segi teknis fotografi. Tapi, keberhasilan secara teknis fotografi tak ada artinya dalam kancah memotret model dan tokoh tanpa pose yang sedap dipandang mata. Terlebih lagi jika ingin mengeksplorasi seorang tokoh dalam pose-pose yang unik dan ekspresif. Bisa jadi pose-pose tersebut adalah pose-pose tampak seperti apa adanya meski sebenarnya diarahkan oleh fotografer.
Lokasi dan properti
Kebutuhan akan properti dalam memotret manusia tak perlu berlebihan, dengan cara memanfaatkan properti yang sudah ada di lokasi. Membuat foto model dan foto tokoh bisa disebut berhasil jika fotografer berhasil mengkomunikasikan ide di benaknya kepada para pemirsa foto. Jika pemirsa foto mengernyitkan dahi pertanda bingung atau memicingkan mata pertanda tak nyaman memandang, maka bisa dibilang pemotretan belum berhasil sepenuhnya.
Lain halnya jika pemirsa foto mengangguk-angguk pertanda paham atau diam untuk merenung lantaran berhasil meresapi makna dan rasa dari foto yang dilihatnya. Keberhasilan itu menjadi lebih berguna lagi tatkala muncul inspirasi-inspirasi baru di benak pemirsa foto setelah melihat karya-karya seorang fotografer.
TIP Motret Model
1. Lakukan komunikasi dengan model agar rileks saat difoto. Bila pose kurang baik jangan katakan buruk, tapi mintalah model untuk mengulanginya. Sekali model kehilangan mood, sulit sekali mendapatkan foto bagus.
2. Bila anda ingin mengambil ekspresi, mimik muka terekam baik, ambillah dengan close up. Beranilah melakukan croping saat pemotretan.
3. Mintalah model untuk berdiam disatu tempat, sementara anda bergerak untuk mencari sudut pandang yang terbaik.
4. Cobalah mengambil dari berbagai posisi eye lefel, low angle, maupun high angle.
5. pakailah lensa dengan sudut sempit/tele 85mm atau lebih untuk mengurangi distorsi. jika ingin distorsi yang diinginkan, anda bisa memakai lensa wide.
6. Dalam memotret model jangan terjebak dengan format vertikal, cobalah ambil dengan format horisontal maupun diagonal.
7. Gunakan bukaan diafragma besar (misal f/2,8) untuk menciptakan DOF sempit.
Memotret Model di Studio
Dalam memotret model kita bisa diluar studio maupun di dalam studio. Beda diluar studio dengan didalam studio hanyalah faktor pencahayaan yang digunakan. Diluar studio biasanya dilakukan pagi hingga sore hari yaitu dengan memanfaatkan cahaya matahari. Sedangkah didalam studio bisa dilakukan kapan saja, karena memotret model didalam studio pencahayaan yang digunakan adalah memakai cahaya buatan yaitu dengan memakai lampu kilat studio.
Lampu Kilat STUDIO
Untuk melaksanakan pemotretan di Studio, diperlukan perlengkapan pencahayaan (lighting) guna mendapatkan penyinaran yang ideal. Guna mengetahui penyinaran yang ideal terhadap model yang difoto kita bisa ketahui dari pemakaian lampu model (modelling lamp).
Modelling Lamp berfungsi : Memudahkan kita untuk mengendalikan bayangan yang jatuh mengenai obyek.
Peralatan yang akan kita gunakan dalam pemotretan model di studio adalah Lampu kilat studio, dilengkapi dengan asesoris pendukungnya. Antara lain :
Standar Reflektor.
Fungsi : Mengarahkan sinar ke obyek.
Karakteristik :
• Kontras Tajam
• Kuat sinar maksimal
• sudut pancar sinar terbatas.
Payung Pemantul
Fungsi : Melunakkan sinar dan menyebarkan sinar lebih merata. (sinar yang datang ke obyek pada umumnya masih terlalu kuat, sehingga bayangan masih terlalu pekat).
Karakteristik :
• Kontras masih cukup tinggi,
• kuat sinar berkurang 1-2 stop,
• sudut pancar meluas.
Payung Transparan.
Fungsi : sama dengan paying pemantul. Sinar lebih lunak dan lebih merata.
Karakteristik :
• Sinar yang dihasilkan lembut, merata
• Kuat sinar berkurang 2-3 stop
• Sudt pancar luas.
Soft Box.
Fungsi : Melunakkan sinar, lebih lunak dari pada payung. Bayangan lunak sekali, hampir tidak ada.
Karakteristik :
• Sinar yang dihasilkan sangat lembut merata
• Kuat sinar berkurang 3-4 stop
• Sudut pancar luas terbatas.
Honey Comb (Sarang Tawon)
Fungsi : Memberikan penyinaran secara memusat, dengan mempersempit sudut sinar. Lebih memberikan tekanan penyinaran pada bagian tertentu. Sinar yang dihasilkan tetap kontras dan tajam.
Sudut Pancar sinar tergantung dari besar kecilnya lubang (grid). Makin kecil lubang, makin sempit sudut pancarnya.
Snoot
Fungsi : Mempersempit sudut penyinaran. Sehingga dapat terarah pada sebagian kecil obyek. Sinar tetap kontras dan tajam. Kuat sinar menurun bias sampai 5-6 stop.
Barn Door (Kisi-kisi)
Fungsi : Mengarahkan sudut pencahayaan. Mencegah terjadinya kebocoran cahaya. Mencegah terjadinya flare/fog apabila posisi lampu berhadapan dengan kamera.
Filter Warna.
Fungsi : Memberikan warna pada cahaya yang ada. Memberikan kesan dari setiap pencahayaan.
Prinsip dasar penggunaan Lampu Studio.
Semakin Sederhana, semakin mudah pengendaliannya.
Main Light :
Sumber cahaya utama yang datang mengenai obyek sehingga obyek akan tercahayai sesuai besar kecilnya sumber cahaya tersebut. Bukaan diafragma diatur berdasarkan dari kuat lemahnya sinar dari main light ini.
Fill In :
Sumber cahaya tambahan, yang berfungsi untuk melunakkan bayangan yang ditimbulkan oleh main light.
Hair Light :
Memberikan kecerahan pada bagian atas rambut (model manusia), dan memisahkannya secara tegas antara latar belakang yang mungkin cenderung gelap. Kekuatan sinar lebih kuat dari main light. Ada kalanya hair light diposisikan dibelakang kepala atau badan.
Background Light :
Berfungsi memberikan kecerahan pada latar belakang (background). Penyinaran bisa lebih berfariasi dengan menggunakan warna. Sehingga dimensi keruangan obyek akan lebih terlihat.
Accent Light :
Berfungsi memberikan penekanan pada satu bagian tertentu dari obyek. Posisi bisa dimana saja, tergantung kebutuhan. Biasanya menggunakan snoot atau honey comb.
Penataan Kombinasi lampu
Prinsip dasar :
Apabila bisa dengan satu lampu mengapa harus menggunakan 2 lampu? Karena dalam memotret model diperlukan juga nilai kreatifitas dari si fotografernya. Jadi berapa banyak lambu kitat stuido yang digunakan tidaklah mutlak, karena :
Makin sederhana tata perlampuannya, semakin mudah dikendalikan.
1 Lampu
Sebagai mainlight. Penggunaan 1 lampu akan menghasilkan bayangan yang pekat pada sisi yang tidak tercahayai.
2 Lampu
1 lampu yang lain sebagai fill in (tambahan). Bayangan obyek yang dihasilkan oleh main light pada lampu 1 akan diminimalkan dengan mengarahkan sinar lampu 2 keobyek.
3 Lampu
Lampu ke 3 sebagai pengisi misalkan sebagai hair light, maupun background light.
4 Lampu
Main light, Fill in light, Hair light, Background light. Penggunaan 4 lampu ini akan melengkapi tata lampu distudio. Bayangan nyaris tidak ada, dan efek yang dihasilkan pada foto akan lebih menarik.
Rasio Penyinaran :
Perbedaan antara kuat sinar disuatu bagian obyek dengan bagian lain dari obyek tersebut.
Rasio ini dipakai sebagai perbandingan kuat cahaya yang dipancarkan antara lampu satu dengan yang lain. Dimana setiap lampunya akan berfungsi sebagai main light, fill in dimana akan berfungsi untuk meminimalkan bayangan yang ada.
Rasio 1 : 1
Berarti kuat sinar yang mengenai bagian obyek sebelah kanan dan kiri adalah sama besar. Sehingga tampilan obyek akan menjadi datar / flat.
Ukuran dari kuat sinar tersebut ditandai dengan besarnya bukaan diafragma yang telah terukur dengan menggunakan lightmeter.
Misalnya : lampu 1 = f/16, dan lampu 2 = f/16
Rasio 1 : 2
Berarti kuat sinar yang mengenai bagian obyek sebelah kanan dan sebelah kiri, ada perbedaan yang tipis, sehingga pada salah satu sisi obyek tersebut akan sedikit lebih gelap.
Misalnya : lampu 1 = f/16 dan lampu 2 = f/11
(Ada penurunan angka diafragma sebesar 1 stop, karena pada lampu 2 kondisi pencahayaannya lebih redup dibandingkan lampu 1.)
Rasio 1 : 4
Seperti pada penjelasan rasio 1: 2. hanya saja pada pencahayaan salah satu sisi obyeknya akan semakin gelap, karena ada perbedaan kekuatan cahaya antara lampu 1 dan lampu 2.
Misalnya : lampu 1 = f/16 dan lampu 2 = f/8
(Ada penurunan angka diafragma sebesar 2 stop, karena pada lampu 2 kondisi pencahayaannya lebih redup dibandingkan lampu 1.)
Rasio 1 : 8
Terjadi perbedaan angka diafragma 3 stop. Dan seterusnya untuk perbandingan rasio penyinaran lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar